Beranda | Artikel
Membangun Komplek Perumahan Bagi Keluarga Penuntut Ilmu/Ngaji
Kamis, 1 Maret 2012

Ketika sudah menikah dan memiliki keluarga maka salah satu yang dipikirkan pertama kali adalah bagaimana memiliki rumah sendiri, tidak numpang di orang tua, mengontrak rumah atau nge-kos satu ruangan kamar. Mungkin bagi yang belum memahami agama dengan baik maka langsung berpikir mencari rumah yang strategis, dekat perkotaan, dekat dengan sarana umum, rumah sakit, sekolah, tempat perbelanjaan, mall  dan tempatnya nyaman, kemudian dengan langkah mudah -yang dilarang syariat- yaitu mengambil cicilan rumah dengan bantuan  KPR Bank [baca: Riba Bank].

Akan tetapi bagi yang sudah memahami agama/”ngaji”, maka untuk memilih rumah tempat tinggalnya, butuh beberapa pertimbangan karena pentingnya memilih lingkungan agar kita lebih mudah istiqamah di zaman dan di lingkungan yang banyak ujian dan fitnah kehidupan ini bersama lemahnya hati dan keimanan.

Dalam tulisan ini juga kami berharap ada penuntut ilmu/ikhwan ngaji yang mempunyai kemampuan, seperti yang mempunyai uang, kontraktor dan  tuan tanah  agar bisa membangun kompleks perumahan bagi penuntut ilmu, kemudian menjualnya kepada penutut ilmu/ikhwan ngaji yang lain dengan harga yang tidak terlalu mahal dan cicilan yang tidak memberatkan, juga tentunya bebas dari bunga/riba.

 

Pentingnya lingkungan tempat tinggal yang baik

Lingkungan sangat penting karena berpengaruh besar dalam kehidupan beragama kita. Lingkungan dan orang-orang yang bisa saling menguatkan dan saling menasehati  dalam kehidupan kita. Betapa bahagianya jika kita tinggal di lingkungan di mana tetangga-tetangga kita adalah penuntut ilmu yang menerapkan sunnah. Kita bisa saling menasehati, saling tolong menolong, saling mengambil teladan dan bersaing mengenai akhirat.

Ketika mendengar tetangga yang anaknya berumur 5 tahun sudah hapal Al-Quran Juz Amma dan hadits Arba’in, maka kitapun tidak mau ketinggalan. Ketika mendengar Istri tetangga diajarkan bahasa Arab oleh suaminya maka kitapun tidak mau ketinggalan. Ketika mendengar tetangga semangat menuntut ilmu, paginya kerja dan sorenya menuntut ilmu agama, maka kitapun tidak mau ketinggalan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa agama seseorang itu tergantung lingkungan pergaulannya. Beliau bersabda,

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu akan mengikuti agama teman dekatnya (lingkungan pergaulannya). Oleh karena itu hendaknya kalian perhatikan siapakah yang kalian jadikan sebagai teman dekatnya” (HR Abu Daud no 4833, dinilai hasan oleh al Albani).

 

Dan kita diperintahkan untuk mencari lingkungan yang baik sebagaimana nasehat seorang ulama di masa umat sebelum kita ketika menasehati seorang yang memiliki setumpuk dosa karena telah membunuh seratus orang yang tidak berdosa.

انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدِ اللَّهَ مَعَهُمْ وَلاَ تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ

“Pergilah ke kampung itu karena di sana terdapat orang-orang yang beribadah kepada Alloh. Beribadahlah kepada Allah bersama mereka. Jangan pernah kembali ke kampungmu karena kampungmu adalah lingkungan yang buruk.” (HR Muslim no 7184).

 

Lingkungan untuk anak-anak dan keluarga kita

Mungkin jika kita sebagai orang tua tinggal di perumahan atau lingkungan yang agak kurang bagus, kita bisa menyaring mana baik dan buruk dari lingkungan sekitar kita. Akan tetapi anak-anak kita? Anak-anak adalah mesin fotocopy dan alat perekam yang sangat baik. Ia cepat sekali meniru dan mengikuti. Mungkin kita bisa mengajarkan yang baik-baik di rumah, akan tetapi ketika anak-anak bermain keluar dengan teman sebayanya atau bermain-main di rumah tetangga, maka bisa jadi anak-anak mencontoh hal-hal yang kurang baik.

contohnya:

-di rumah kita ajarkan supaya menghapal Al-Quran dan Hadits, tiba-tiba pulang kerumah anak-anak sudah “nyanyi-nyanyi” lagu orang dewasa yang kurang baik

-di rumah kita sudah ajarkan bermain dengan permainan yang mendidik dan kreatif, tiba-tiba pulang ke rumah “nangis-nangis” minta dibelikan game dan playstation karena teman-temannya pada punya.

-di rumah kita ajarkan agar tidak menonton televisi [televisi cukup berbahaya bagi anak kecil jika tidak terkontrol, sebaiknya tidak ada televisi di rumah], ternyata di rumah tetangga anak sering nontotn televisi dan minta dibelikan televisi. Ada kasus di mana seorang ibu/ummahat terpaksa membelikan televisi buat anaknya karena anaknya sering menonton televisi di rumah tetangga. “Terpaksa” katanya karena jika nonton di rumah bisa di arahkan.

-belum lagi jika di lingkungan tersebut ada anak-anak yang nakal dan tidak tahu adab sopan santun dan lain-lain.

 

Demikianlah kita diperintahkan agar mendidik keluarga dan memperhatikan pendidikan keluarga kita. Allah  Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Taahrim:6)

 

Ar-Razi rahimahullahu menjelaskan ayat ini mengutip perkataan Muqatil rahimahullahu,

وَقَالَ مُقَاتِلٌ: أَنْ يُؤَدِّبَ الْمُسْلِمُ نَفْسَهُ وَأَهْلَهُ، فَيَأْمُرَهُمْ بِالْخَيْرِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الشَّرِّ

seorang muslim mendidik dirinya dan keluarganya, memerintahkan mereka kebaikan dan melarang dari keburukan”. (Mafaatihul Ghoib Tafsir Ar-Roziy 30/527, Dar Ihya’ At-Turats, cet-ke-3, 1420 H, Asy- Syamilah)

 

Lingkungan untuk Istri kita juga

Dan lingkungan juga berpengaruh terhadap Istri kita, perlu kta ketahui bahwa wanita secara umum jiwanya lemah dan mudah terpengaruh dengan kilau kehidupan dunia. Wanita harus dididik oleh suaminya dan kita ingatkan agar tetap qana’ah hidup apa adanya sesuai dengan rezeki yang Allah anugrahkan sekarang. Betapa banyak istri yang sering membanding-bandingkan dengan tetangga, tetangga punya perabotan lengkap dan mewah, tetangga hidupnya serba enak dan nyaman dan akhirnya meremehkan nikmat Allah dan jauh dari kehidupan sederhana dan zuhud terhadap dunia.

Salah satu dalil yang menunjukkan wanita mudah terpengaruh dengan kemilau kehidupan dunia adalah kisah tentang mayoritas pengikut Dajjal kelak, yaitu mereka yang lemah hatinya dan mudah terpengaruh dengan kemilau dunia karan Dajjal diberi kemampuan membuat semacam surga di dunia yang sejatinya dalah neraka

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثَرُ مِنْ يَتْبَعُهُ الْيَهُودُ وَالنِّسَاءُ وَالأَعْرَابُ

Kebanyakan orang yang mengikuti Dajjal itu adalah Yahudi, Wanita dan A’rob (Arab Gunung).” [Al Mu’jam Al Kabiir” no: 19903, riwayat lainnya Imam Ahmad 7/190 dengan sanad shahih]

 

Demikianlah salah satu kerugiannya jika kita mempunyai tetangga yang kaya semuanya. Oleh karena itu istri kita harus sering kita bawa berkunjung ke rumah sahabat kita yang hidupnya sederhana  atau bahkan kekurangan, sehingga kita akan lebih sering bersyukur kepada atas nikmat Allah sekarang dan merasa hidup kita selalu berkecukupan. Dan lebih baik lagi jika sebagian besar tetangga kita adalah orang-orang yang sederhana bahkan tidak mampu. Lebih baik juga jika tetangga kita sebagian besar adalah penuntut ilmu/ngaji, karena sebagian besar para penuntut ilmu/ngaji adalah mereka yang tidak kaya dan sederhana, karena hidayah lebih banyak bersama dan didapatkan oleh orang-orang yang miskin dan sederhana. Inilah salah satu yang dimaksudkan bahwa kita ditolong dan diberi rezeki karena keberadaan orang-orang miskin dan lemah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَبْغُوْنِي الضُّعَفَاءَ،  فَإِنَّمَا  تُرْزَقُوْنَ  وَتُنْصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ

“Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah kalian, karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah kalian.” (Dishahihkan Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 779)

 

Bersabar mencari dan membangun rumah di zaman ini

Kita harus bersabar mencari dan membangun rumah di zaman ini karena ada beberapa yang perlu kita pertimbangkan matang-matang. Salah satunya adalah menghindari mengambil rumah dengan bantuan KPR bank karena ini termasuk tolong menolong dalam riba. Memang jika mengambil rumah dengan cicilan KPR bank maka kita bisa segera mendapatkan rumah. Tetapi, mungkin kita yang berpendapatan sekitar 1-2 juta perbulan, perlu menabung terlebih dahulu sekitar 10-15 tahun, baru bisa punya rumah. Akan tetapi tentunya kita lebih takut terhadap ancaman Allah dan takut Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kita karena riba.

Berikut beberapa dalil saja mengenai bahaya riba

-akan diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya, Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَْ فَإِن لَّمْ تَفْعَلُواْ فَأْذَنُواْ بِحَرْبٍ مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” [Al-Baqarah: 278-279]

-dilaknat semua yang mendukung riba

dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu bahwasannya ia menuturkan,

لعن رسول الله صلّى الله عليه وسلّم آكل الربا وموكله وكاتبه وشاهديه، وقال: (هم سواء). رواه مسلم

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaknati pemakan riba (rentenir), orang yang memberikan / membayar riba (nasabah), penulisnya (sekretarisnya), dan juga dua orang saksinya. Dan beliau juga bersabda, ‘Mereka itu sama dalam hal dosanya’.” (HR. Muslim).

-termasuk dosa besar yang membinasakan,

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ

Jauhilah tujuh dosa besar yang akan menjerumuskan pelakunya dalam neraka.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa-dosa tersebut?” Beliau mengatakan, “(1) Menyekutukan Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan, (4) memakan harta anak yatim, (5) memakan riba, (6) melarikan diri dari medan peperangan, (7) menuduh wanita yang menjaga kehormatannya (bahwa ia dituduh berzina)” (HR. Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 89)

 

Kemudian kita juga sebaiknya bersabar mencari lingkungan yang baik,  lingkungan dengan banyak tetangga yang sudah paham agama dengan pemahaman yang benar, para tetangga ahlus sunnah. Atau jika tidak banyak, maka minimal ada satu atau dua orang tetangga kita yang sudah paham agama. Kita harus bersabar karena jumlah Ahlus sunnah yang memahami agama dengan pemahaman yang benar adalah sedikit jumlahnya.

Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari berkata,

أَفْضَلُ الْمُسْلِمِينَ رَجُلٌ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَنِ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أُمِيتَتْ، فَاصْبِرُوا يَا أَصْحَابَ السُّنَنِ رَحِمَكُمُ اللَّهُ فَإِنَّكُمْ أَقَلُّ النَّاسِ

 

 “Orang muslim yang paling utama adalah orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan (manusia), maka bersabarlah wahai para pencinta sunnah (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), karena sesungguhnya kalian adalah orang yang paling sedikit jumlahnya (di kalangan manusia).” [Al-Jaami’ li akhlaqir Rawi 1/112, Maktabah Ma’arif, Riyadh, Asy-Syamilah]

 

Jika kita merenungkan, ternyata kita baru bisa punya rumah setelah 10-15 tahun, sementara orang lain bisa segera punya rumah pribadi karena mengambil KPR “riba” bank. Tentu kita akan sedikit terguncang hatinya. Akan tetapi zaman ini kita harus tetap berpegang teguh dengan agama, menggenggam erat agama sebagaimana menggenggam bara api, memang terasa panas awal-awalnya, akan tetapi jika kita menggenggam langsung dan erat, maka bara langsung padam dan tetap bisa kita genggam bara agama ini dengan erat.

 

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْر

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” [HR.Tirmidzi. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.8002]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan hadits,

أنه في آخر الزمان يقل الخير وأسبابه، ويكثر الشر وأسبابه، وأنه عند ذلك يكون المتمسك بالدين من الناس أقل القليل. وهذا القليل في حالة شدة ومشقة عظيمة، كحالة القابض على الجمر، من قوة المعارضين، وكثرة الفتن المضلة، فتن الشبهات والشكوك والإلحاد، وفتن الشهوات وانصراف الخلق إلى الدنيا وانهماكهم فيها، ظاهراً وباطناً،

“Pada akhir zaman akan sedikit kebaikan dan sebab-sebabnya, merajalela keburukan dan sebab-sebabnya dan pada saat itu orang yang berpegang teguh dengan agama sangat sedikit jumlahnya. Yang sedikit ini berada dalam keadaan kesusahan [karena banyaknya fitnah] sebagaimana orang yang mengenggam bara api karena banyak yang menentang dan banyak fitnah yang menyesatkan, fitnah syubhat, keraguan, berpaling dari kebenaran, fitnah syahwat dan condongnya makhluk kepada dunia dan tenggelam dengan kemilau dunia baik dzahir dan batin.” [Bahjah Qulubil Abrar hal. 259, Dar Kutub Al-‘Ilmiyah, Beirut, cet. I, 1423 H]

Untuk menangkan hati kita, kita lihat contoh ulama sekelas syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu, tidak mempunyai rumah tetap. Padahal beliau adalah mufti besar kerajaan Arab saudi dan Rektor Universitas Universitas Madinah. [lihat buku akhlak dan keutamaan syaikh Bin Baz, Pustaka Al-Furqan]

 

Mari kita bangun komplek perumahan penuntut ilmu

kami berharap ada penuntut ilmu/ikhwan ngaji yang mempunyai kemampuan, seperti yang mempunyai uang, kontraktor dan  tuan tanah  agar bisa membangun kompleks perumahan bagi penuntut ilmu, kemudian menjualnya kepada penutut ilmu/ikhwan ngaji yang lain dengan harga yang tidak terlalu mahal dan cicilan yang tidak memberatkan, juga tentunya bebas dari bunga/riba.

Atau membangun komplek kos-kosan atau lebih bagus lagi kos-kosan untuk keluarga [terkadang jos-kosan cocok untuk keluarga yang baru menikah]. Kemudian disewakan kepada penuntut ilmu/ikhwan ngaji dengan harga yang cukup terjangkau, sehingga mereka bisa membangun lingkungan yang baik dan menerapkan sunnah di lingkungan mereka.

Atau hendaklah di suatu daerah ada yang mengurus pembebasan tanah untuk dibangun perumahan penutut ilmu. Dicari daerah yang bagus, jika perlu berdekatan dengan pondok atau ma’had Ahlus sunnah. Kemudian menanyakan harga tanah dan mengumpulkan dana bersama untuk membebaskan tanah tersebut.

Walaupun tempat tersebut kurang strategis misalnya dipinggir kota [karena harga tanahnya agak murah] atau tempat tersebut dekat dengan pondok atau ma’had Ahlus sunnah yang agak susah dari prasarana umum akan tetapi tidak sebanding dengan hasil akhirat yang akan kita dapatkan yaitu istiqamah dalam agama, terjaganya agama, dan pendidikan agama bagi keluarga terutama anak-anak.

Betapa bahagia misalnya jika anak-anak kita sering bermain-main di lingkungan pondok, kemudian bersemangat menghapal Al-Quran dan Hadits, memiliki adab dan sopan santun serta terjaga pendidikannya. Karena untuk mendidik anak sukses di dunia, banyak yang mampu sampai orang kafir sekalipun bisa, akan tetapi untuk mendidik anak sukses di akherat butuh perjuangan dan pengorbanan.

Kemudian mari kita lihat contoh kekasih Allah, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang mematuhi perintah Allah untuk menempatkan keluarganya di daerah yang bisa di bilang tidak ada kehidupan akan tetapi daerah tersebut adalah berkah yaitu Mekkah. Beliau berkata dalam Al-Quran,

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ

“Wahai Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Wahai Rabb  kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat.” (QS. Ibrahim: 37)

 

Sampai-sampai istri beliau Hajar, sempat bertanya mengapa ia ditinggalkan ditempat yang tidak ada kehidupan dan tandus, tetapi keimanannya tegar untuk mematuhi perintah Rabbnya. Berikut kisahnya,

… ثُمَّ قَفَّى إِبْرَاهِيْمُ مُنْطَلِقًا فَتَبِعَتْهُ أُمُّ إِسْمَاعِيْلَ فَقَالَتْ: يَا إِبْرَاهِيْمُ، أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بهذا الْوَادِي الَّذِي لَيْسَ فِيْهِ إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ؟ فَقَالَتْ لَهُ ذلك مِرَارًا، وَجَعَلَ لَا يَلْتَفِتُ إِلَيْهَا، فَقَالَتْ لَهُ: الله الَّذِي أَمَرَكَ بهذا؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَتْ: إِذَنْ لَا يُضَيِّعُنَا، ثُمَّ رَجَعَتْ فَانْطَلَقَ إِبْرَاهِيْمُ…

“… kemudian Nabi Ibrahim bangkit dan beranjak, lalu Hajar mengi-kutinya sambil bertanya, ‘Wahai Ibrahim, kemana engkau akan pergi dan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia pun dan tak ada apa-apa?’ Hajar mengatakan itu berkali-kali, akan tetapi Nabi Ibrahim tidak menoleh kepadanya, maka Hajar berkata kepada beliau, ‘Apakah Allah yang memerintahkanmu dengan ini?’ Nabi Ibrahim menjawab, ‘Ya’. Hajar berkata, ‘Jika demikian, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami (di sini)’, dan Hajar pun kembali. Maka Nabi Ibrahim pun meneruskan langkahnya …” [HR. Bukhari no. 3364]

 

Nanti di bilang perumahan “ngaji” ekslusif?

Mengkin nanti ada yang berkomentar, “kurang bagus kalau berkumpul di satu tempat saja, karena dinilai kelompok sesat yang ekslusif, lebih baik berpisah dan terpencar agar lebih mudah dakwah”

Maka kita jawab, jika tentara saja boleh membuat perumahan khusus untuk tentara, karena supaya mereka lebih bersatu dan kompak dalam membela tanah air dan negara. Maka mengapa untuk membela agama Allah kita tidak bersatu? Mengenai kelompok sesat yang ekslusif maka itu bisa hilang dan ditepis dengan dakwah yang baik, akhlak yang mulia dan berbaur dengan masyarakat dalam perkara yang tidak menyelisihi agama. Dan juga, jika terpisah-pisah belum tentu kita bisa istiqamah dalam menjalankan agama ini. Bahkan kita diperintahkan agar berkumpul bersama orang-orang yang shalih dan baik.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119).

 

Muhammad bin Umar Ar-Raziy rahimahullahu menafsirkan ayat ini berkata,

كُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ أَمْرٌ بِمُوَافَقَةِ الصَّادِقِينَ، وَنَهْيٌ عَنْ مُفَارَقَتِهِمْ وَذَلِكَ مَشْرُوطٌ بِوُجُودِ الصَّادِقِينَ

“Allah memerintahkan agar mencocoki orang-orang Shadiq dan melarang jauh/berpisah dengan mereka, oleh karena itu dipersyaratkan adanya sekelompok orang-orang yang shadiq [dalam suatu masyarakat]” (Mafaatihul Ghoib Tafsir Ar-Roziy 16/167, Dar Ihya’ At-Turats, cet-ke-3, 1420 H, Asy- Syamilah)

 

wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.


Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid

7 Rabiul Akhir 1433 H bertepatan 1 Maret 2012

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com


Artikel asli: https://muslimafiyah.com/membangun-komplek-perumahan-bagi-keluarga-penuntut-ilmungaji.html